Napak Tilas Mengenang Pertempuran di Kuala Tungkal

Iklan
Napak Tilas Mengenang Pertempuran di Kuala Tungkal
Napak Tilas Mengenang Pertempuran di Kuala Tungkal

Kuala Tungkal - BEM STAI An Nadwah melaksanakan kegiatan napak tilas dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November, Sabtu (10 /11/2018). Napak tilas ini mengambil start di kampus STAI An Nadwah. Lalu rutenya melewati tempat pemakaman umum balai marga, Masjid Agung Al Istiqomah, jln. Pelabuhan, Tugu BNI, Tugu Simpang Pahlawan, Makam Pahlawan Yudha sakti pengabuan dan finish kembali di kampus STAI An Nadwah. Sebelum napak tilas, terlebih dahulu dilakukan kultum tentang perjuangan rakyat di Kuala Tungkal, Tanjung Jabung. Selanjutnya membaca doa bersama. Sejarawan Tanjung Jabung Barat, Syamsul Bahri, mengatakan, pada lokasi pertama ini adalah pemakaman balai marga. Di lokasi ini terdapat makam pejuang, di antaranya panglima H Saman dan H Kasim Shaleh (Orang tua KH abdul Halim kasim). Masih dijelaskan Syamsul, pada lokasi kedua yaitu Pelabuhan, lokasi ini mengingatkan kita kembali markas- markas perjuangan di tepi pantai seperti pos TNI AL, Bea Cukai, yang beberapa kali diserang Belanda dan terjadi pertempuran yang disebut perang pantai Tungkal. Setelah dikuasai Belanda kemudian daerah pelabuhan dijadikan markas (pos Belanda) yang kemudian sering diserang oleh pejuang barisan selempang merah. Pada lokasi ke tiga, Kuala Tungkal, termasuk daerah pelabuhan, dikuasai Belanda pada saat agresi militer Belanda kedua pada Jumat, tanggal 21 Januari 1949. Kejadian waktu itu angkatan laut Belanda menembakkan pelurunya ke Kuala Tungkal, salah satu sasaranya adalah masjid Agung. Namun kata Syamsul, tembakan serdadu belanda meleset hanya mengenai simbol bulan bintang yang terdapat di kubah Masjid Agung. Oleh karena ada tembakan, waktu itu shalat Jumat batal dilaksanakan, sehinga masyarakat lari berhamburan. Inilah awal mula Kuala Tungkal bersimbah darah. Lokasi ke empat, Tugu Perjuangan yang sekarang terletak di depan bank BNI dibangun pada saat setelah tiga tahun Indonesia Merdeka atau pada tahun Nadwah. Lokasi ke lima peserta Napak Tilas mengunjungi eks Makam Pahlawan, yaitu tempat pertama para pejuang dimakamkan. Saat ini tempat tersebut menjadi Taman PKK. Tempat ini dulunya adalah pemakaman para pejuang yang tewas selama Agresi Militer Belanda kedua sejak 21 Januari 1949 hingga akhir penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949. Dijelaskan Syamsul, yang dimakamkan di lokasi ini adalah para pejuang yang sebelumnya gugur dan dimakamkan di berbagai tempat. Seperti misalnya pejuang yang gugur dan dimakamkan di Pelabuhan. Mereka dikuburkan secara bersama-sama (massal) dalam sebuah liang/lobang. "Mungkin 5 hingga 10 orang," ujar Syamsul. Pasca penyerahan kedaulatan, liang atau lobang kuburan massal yang letaknya terpencar di mana-mana, digali kembali dan kemudian mayatnya dipindahkan dan dimakamkan pada sebuah pemakaman yang disebut Makam Pahlawan Yudha Satria Pengabuan. Sekarang lokasi ini bernama Simpang Pahlawan. Terletak dalam Kota Tuala Tungkal. Selanjutnya, mayat (atau tengkorak) para pejuang kembali dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) di Pembengis sekitar 5 km dari Kota Kuala Tungkal. Presiden BEM STAI An Nadwah Samsudin mengatakan, kegiatan napak tilas ini diikuti 100 peserta. Pelaksanaan kegiatan napak tilas ini bertujuan memberikan penghargaan kepada para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kegiatan Napak tilas tersebut, juga mengandung makna yang dalam karena memiliki nuansa kebersamaan, patriotisme, wawasan kebangsaan, serta dilandasi dengan semangat juang. "Nilai itu yang harus dipegang erat, dihayati dan diamalkan oleh segenap komponen bangsa," ujar udin. (Sj)

Iklan